Muhasabah beserta dalilnya
Assalamu'alaikum sahabat muslim...
Apakah kalian pernah mendengar kata muhasabah? mungkin kata ini terdengar asing bagi kita yang baru tau. Apasih muhasabah itu? Yuk kita simak baik-baik!
Muhasabah berasal dari bahasa Arab yang berarti mengoreksi, memperhitungkan, atau bisa diartikan sebagai tanggung jawab. Sementara itu Ian Richard Netton mendefinisikan bahwa muhasabah adalah menghitung, tata buku, dan dalam teologi atau tasawuf disebut dengan istilah pemeriksaan kesadaran. Adapun Al-Ghazali mendefinisikan muhasabah sebagai mengoreksi diri dan memikirkan apa yang telah diperbuat di masa lalu dan yang akan diperbuat di masa yang akan datang.
Sudah sepantasnya dalam beramal kita harus bermuhasabah, apakah amalan yang kita lakukan itu sudah benar ataukah tercampuri dengan hal yang lain? Muhasabah merupakan introspeksi diri sendiri setelah ia beramal, tentang kesalahan-kesalahan kita, dosa-dosa apa saja yang telah kita perbuat. Sedangkan muraqabah adalah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah. Ketika seorang hamba merasa diawasi oleh Allah, maka orang tersebut akan selalu bertakwa dimanapun ia berada.
Allah Ta’ala berfirman:Apakah kalian pernah mendengar kata muhasabah? mungkin kata ini terdengar asing bagi kita yang baru tau. Apasih muhasabah itu? Yuk kita simak baik-baik!
Muhasabah berasal dari bahasa Arab yang berarti mengoreksi, memperhitungkan, atau bisa diartikan sebagai tanggung jawab. Sementara itu Ian Richard Netton mendefinisikan bahwa muhasabah adalah menghitung, tata buku, dan dalam teologi atau tasawuf disebut dengan istilah pemeriksaan kesadaran. Adapun Al-Ghazali mendefinisikan muhasabah sebagai mengoreksi diri dan memikirkan apa yang telah diperbuat di masa lalu dan yang akan diperbuat di masa yang akan datang.
Sudah sepantasnya dalam beramal kita harus bermuhasabah, apakah amalan yang kita lakukan itu sudah benar ataukah tercampuri dengan hal yang lain? Muhasabah merupakan introspeksi diri sendiri setelah ia beramal, tentang kesalahan-kesalahan kita, dosa-dosa apa saja yang telah kita perbuat. Sedangkan muraqabah adalah merasa jiwa selalu diawasi oleh Allah. Ketika seorang hamba merasa diawasi oleh Allah, maka orang tersebut akan selalu bertakwa dimanapun ia berada.
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ
مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا
وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
“(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap jiwa mendapatkan (balasan)
atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, (begitu juga
balasan) atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya
ada jarak yang jauh antara dia dengan (hari) itu. Dan Allah
memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya.” (QS. Ali-Imran: 30)
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ
فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat,
maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat
biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (apahal). Dan cukuplah Kami yang
membuat perhitungan. (QS. Al-Anbiyaa’: 47)
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ
مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا
يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا
عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkan kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat
orang yang berdosa merasa ketakutan terahdap apa yang (tertulis) di
dalamnya, dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini,
tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat
semuanya”, dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan
(tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.” (QS.
Al-Kahfi: 49)
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا
أَعْمَالَهُمْ ( 6 ) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ( 7
) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ( 8)
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua
perbuatannya. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS.
Az-Zilzaal: 6-8)
Ayat-ayat ini menunjukkan masalah yang sangat penting yaitu berhubungan dengan hisab di hari kiamat kelak. Orang yang menggunakan akalnya dia akan berpikir bahwa tidak ada yang
bisa menyelamatkan dia di hari kiamat kelak kecuali dengan melakukan muhasabah diri sendiri dulu di dunia ini.
Sebagaimana perkataan Umar bin Khattab radhiyallaahu ‘anhu:
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab kelak pada hari kiamat”.
Ketika kita mengetahui kesalahan-kesalahan kita, hisablah diri kita
dan segera bertaubatlah kepada Allah selagi masih di dunia. Siapa yang
menghisab dirinya sendiri mengingat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa di
dunia, maka kelak dia akan diringankan hisabnya di hari kiamat, dan
barangsiapa yang lalai menghisab dirinya di dunia, barangkali ia akan
menyesal yang berkepanjangan di hari kiamat kelak. Orang yang menghisab
dirinya maka ia akan sibuk dengan dosa-dosa dirinya sendiri. Maka dari
itu, orang yang berakal ia tidak memikirkan dosa-dosa orang lain. Setiap
jiwa akan ditanya dosanya sendiri masing-masing. Semenjak kita bangun
tidur hingga kita akan tidur kembali. Dosa-dosa apa saja yang kita
perbuat, kemudian segera beristighfar dan bertaubat kepada Allah.
Hisablah sebelum ajal menjemput kita dan penyesalan akan datang jika
kita tidak menghisab apa saja amalan yang telah kita perbuat.
Ketika mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang meyelamatkan dia di hari kiamat kecuali ketaatan. Dan Allah ta’ala memerintahkan mereka untuk bersabar di atas ketaatan dan melakukan murabathah. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (QS. Ali-Imran: 200)
Demikian pula jiwapun harus dijaga tapal batasnya, karena setan akan
selalu menjaga di tapal batas tersebut. Oleh karena itu, kita harus
bersabar di dalam ketaatan. Menyabarkan diri kita untuk tetap berada di
atas ketaatan dan menyabarkan diri ketika meninggalkan kemaksiatan
sehingga itulah yang disebut dengan murabathah.
Kemudian ia segera melakukan ribath (murabathah) untuk dirinya sendiri yaitu dengan melakukan 6 tingkatan yaitu:
- Musyarathah
- Muraqabah
- Muhasabah
- Mu’aqabah
- Mujahadah
- Mu’atabah
Berasal dari kata syaaratha-yusyaarithu, artinya saling memberikan syarat.Ketahuilah, seorang pedagang dia akan meminta bantuan kepada mitranya
untuk melakukan perdagangan, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan,
dia akan memberikan syarat-syarat, dan dia akan selalu mengawasi.
Demikian pula akal pun butuh kepada mitra, dan mitra itu adalah jiwa
kita. Akal pun memberikan tugas-tugas, memberikan syarat-syarat, kepada
jalan kebaikan, dan akal pun tidak boleh lalai untuk mengawasinya.
Sebagaimana di dalam bisnis perdagangan, apabila mitra melakukan khianat
maka ia akan merugi. Maka supaya kita tidak dikhianati dengan
mitra-mitra kita, caranya yaitu dengan memberikan syarat-syarat yang
jelas di atas kertas yang tegas sehingga diapun tidak macam-macam.
Setelah itu kita awasi gerak-geriknya, dan berbagai macam tindak
tanduknya supaya tidak merugikan usaha kita. Itulah kehidupan dunia
perbisnisan.
Kitapun sedang berbisnis yaitu bisnis yang tidak akan merugi ia
adalah bisnis akhirat, bisnis ini keuntungannya adalah surga. Di dalam
dunia perdagangan butuh kepada partner agar usaha yang kita jalankan
sukses. Ibarat akal adalah pedagang, maka jiwa dan hati kita adalah
mitra kita. Akal harus bermitra kepada jiwa. Akalpun harus memberikan
syarat-syarat dan memberikan sanksi. Apabila partner berkhianat, kita
tidak aman karena bisa rugi. Kita meminta agar si partner selalu
melaksanakan tugasnya dan mengawasinya dengan baik. Perdagangan ini
keuntungannya adalah Surga Firdaus yang paling tinggi. Kalau perbisnisan
dunia keuntungannya adalah uang. Namun perbisnisan di akhirat
keuntungannya adalah surga. Pengawasan kita yang paling ketat adalah
kepada partner kita yaitu jiwa kita.
Orang yang mempunyai kesungguhan terhadap akhirat kewajibannya
adalah tidak melalaikan jiwa dan selalu mengawasi jiwa kita.
Bersungguh-sungguhlah dalam menuju kehidupan akhirat tersebut.
Bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan, bersungguh-sungguh dalam
mengawasi jiwa kita. Berusaha untuk memperketat gerakan-gerakan kita dan
pikiran-pikiran kita.
Ibnul Qoyyim berkata:
"Bahwa asal dari kebaikan itu dari pikiran, dan asal dari keburukan itu berasal dari pikiran pula."
Ketika seseorang berpikir keburukan, maka akan menimbulkan niat-niat
yangg buruk, dan kebalikannya apabila kita berpikir kebaikan, maka akan
muncul niat-niat yang baik dan ingin beramal yang baik-baik.
Terima kasih semoga bermanfaat bagi yang membaca...
Wassalamu'alaikum...
Wassalamu'alaikum...